Kamis, 04 Oktober 2012
Jakarta, Mantan Gubernur Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas) Letjen TNI Purn Sayidiman Suryohadiprojo mengatakan Pancasila harus terus dipelihara dan dihidupkan sebagai ideologi dan jiwa bangsa Indonesia.
"Pancasila telah berkali-kali terbukti mampu menjaga keutuhan bangsa Indonesia dari serangan pihak lain yang ingin merusak atau mengganti Pancasila dari ideologi bangsa Indonesia," kata Sayidiman Suryohadiprojo pada peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang diselenggarakan Gerakan Pemantapan Pancasila di Sasono Utomo Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Senin.
Hadir pada kegiatan tersebut sejumlah tokoh nasional, antara lain Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia yang juga Ketua Umum Gerakan Pemantapan Pancasila (GPP) Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno, Sekretaris Jenderal GPP Letjen TNI (Purn) Saiful Sulun, dan mantan Gubernur Lemhanas Letjen TNI (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo.
Kemudian, mantan Menteri Perhubungan Jenderal TNI Purn Agum Gumelar, mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto, mantan KSAD Wismoyo Arismunandar, mantan Kepala BIN Mayjen TNI (Purn) Samsir Siregar, dan Pimpinan Gerakan Jalan Lurus Sulastomo.
Menurut Sayidiman, bangsa Indonesia saat ini berada di era modernisasi di mana suatu bangsa bisa menguasai bangsa lain tanpa harus melakukan tindak kekerasan.
"Mengatasi berbagai serangan dari bangsa lain juga bisa dilakukan dengan tanpa kekerasan. Caranya bangsa Indonesia harus terus menjaga persatuan dan kesatuan yang kokoh dan kuat," katanya.
Mantan Wakasad ini menambahkan, bangsa Indonesia harus menyadari pentingnya melindungi negara dari serangan bangsa lain dengan meningkatkan kesadaran, nasionalisme, dan mengutamakan Ketuhanan YME.
Ia menegaskan, bangsa Indonesia harus betul-betul menyadari betapa pentingnya menjaga keutuhan NKRI dengan melestarikan Pancasila.
"Pancasila tidak cukup hanya sekadar menjadi slogan yang disampaikan secara verbal oleh para elite tapi harus bisa menjadi menjadi bentuk nyata yang hidup dalam jiwa bangsa Indonesia," katanya.
Menurut dia, bangsa Indonesia juga tidak boleh cukup bangga dengan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6,5 persen, tapi realitasnya masih banyak rakyat Indonesia yang hidup miskin dan bahkan menjadi gelandangan.
Sementara itu, Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi menyatakan menegakkan dan melestarikan Pancasila tidak cukup hanya melalui orasi secara verbal tapi harus terefleksi dalam sikap dan perilaku para pemimpin.
"Saat ini nilai-nilai Pancasila yang tumbuh di tengah bangsa Indonesia sudah bergeser jauh," kata Hasyim Muzadi.
Menurut Hasyim, melalui amandemen UUD 1945 berarti "kita" sudah menggeser nilai-nilai Pancasila dari tengah kehidupan bangsa Indonesia.
Ia mencontohkan, sistem perekonomian Indonesia yang sebelumnya mengutamakan kerakyatan dan gotong-royong bergeser menjadi ekonomi pasar bebas.
"Hal ini memberi dampak lebih banyak terjadi praktik transaksional," katanya.
Mantan Anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia (DPA RI), Harry Tjan Silalahi, mengatakan, Hari Kesaktian Pancasila meskipun diperingati setiap tahun tapi bangsa Indonesia masih terus menghadapi berbagai persoalan.
Menurut dia, GPP bertekad untuk menegakkan kembali Pancasila dalam kehidupan bangsa Indonesia dari upaya kekuatan lain yang berusaha melemahkannya.
"Mari kita dorong Pancasila agar betul-betul hidup dan menyatu di tengah bangsa Indonesia. Dengan Pancasila, sudah berkali-kali terbukti bangssa Indonesia dapat bersatu dan mewujudkan cita-citanya," katanya.
Memahami Pancasila, menurut dia, tidak bisa dinilai hanya satu demi satu silanya, tapi harus secara keseluruhan secara komprehensif.
"Pancasila telah berkali-kali terbukti mampu menjaga keutuhan bangsa Indonesia dari serangan pihak lain yang ingin merusak atau mengganti Pancasila dari ideologi bangsa Indonesia," kata Sayidiman Suryohadiprojo pada peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang diselenggarakan Gerakan Pemantapan Pancasila di Sasono Utomo Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Senin.
Hadir pada kegiatan tersebut sejumlah tokoh nasional, antara lain Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia yang juga Ketua Umum Gerakan Pemantapan Pancasila (GPP) Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno, Sekretaris Jenderal GPP Letjen TNI (Purn) Saiful Sulun, dan mantan Gubernur Lemhanas Letjen TNI (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo.
Kemudian, mantan Menteri Perhubungan Jenderal TNI Purn Agum Gumelar, mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto, mantan KSAD Wismoyo Arismunandar, mantan Kepala BIN Mayjen TNI (Purn) Samsir Siregar, dan Pimpinan Gerakan Jalan Lurus Sulastomo.
Menurut Sayidiman, bangsa Indonesia saat ini berada di era modernisasi di mana suatu bangsa bisa menguasai bangsa lain tanpa harus melakukan tindak kekerasan.
"Mengatasi berbagai serangan dari bangsa lain juga bisa dilakukan dengan tanpa kekerasan. Caranya bangsa Indonesia harus terus menjaga persatuan dan kesatuan yang kokoh dan kuat," katanya.
Mantan Wakasad ini menambahkan, bangsa Indonesia harus menyadari pentingnya melindungi negara dari serangan bangsa lain dengan meningkatkan kesadaran, nasionalisme, dan mengutamakan Ketuhanan YME.
Ia menegaskan, bangsa Indonesia harus betul-betul menyadari betapa pentingnya menjaga keutuhan NKRI dengan melestarikan Pancasila.
"Pancasila tidak cukup hanya sekadar menjadi slogan yang disampaikan secara verbal oleh para elite tapi harus bisa menjadi menjadi bentuk nyata yang hidup dalam jiwa bangsa Indonesia," katanya.
Menurut dia, bangsa Indonesia juga tidak boleh cukup bangga dengan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6,5 persen, tapi realitasnya masih banyak rakyat Indonesia yang hidup miskin dan bahkan menjadi gelandangan.
Sementara itu, Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi menyatakan menegakkan dan melestarikan Pancasila tidak cukup hanya melalui orasi secara verbal tapi harus terefleksi dalam sikap dan perilaku para pemimpin.
"Saat ini nilai-nilai Pancasila yang tumbuh di tengah bangsa Indonesia sudah bergeser jauh," kata Hasyim Muzadi.
Menurut Hasyim, melalui amandemen UUD 1945 berarti "kita" sudah menggeser nilai-nilai Pancasila dari tengah kehidupan bangsa Indonesia.
Ia mencontohkan, sistem perekonomian Indonesia yang sebelumnya mengutamakan kerakyatan dan gotong-royong bergeser menjadi ekonomi pasar bebas.
"Hal ini memberi dampak lebih banyak terjadi praktik transaksional," katanya.
Mantan Anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia (DPA RI), Harry Tjan Silalahi, mengatakan, Hari Kesaktian Pancasila meskipun diperingati setiap tahun tapi bangsa Indonesia masih terus menghadapi berbagai persoalan.
Menurut dia, GPP bertekad untuk menegakkan kembali Pancasila dalam kehidupan bangsa Indonesia dari upaya kekuatan lain yang berusaha melemahkannya.
"Mari kita dorong Pancasila agar betul-betul hidup dan menyatu di tengah bangsa Indonesia. Dengan Pancasila, sudah berkali-kali terbukti bangssa Indonesia dapat bersatu dan mewujudkan cita-citanya," katanya.
Memahami Pancasila, menurut dia, tidak bisa dinilai hanya satu demi satu silanya, tapi harus secara keseluruhan secara komprehensif.
Sumber : Antara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar