JAKARTA, Indowarta.co --
KETUA Umum DHN 45, Jend (Purn) Tyasno Sudarto mengaku prihatin dengan perkembangan
bangsa Indonesia saat ini, dimana Pancasila, UUD 1945, nilai-nilai budaya, dan
kearifan lokal mulai meluntur. Ironisnya, nasionalisme yang mulai luntur ini
digantikan oleh liberalisme dan kapitalisme global yang menjadikan Indonesia
berada di bawah hegemoni asing.
Hal
itu diungkapkan Jend (Purn) Tyasno Sudarto ketika mengunjungi kantor Yayasan Jati Diri Bangsa (YJDB), di gedung Aminta plaza
Jl. TB Simatupang Kav 10 Lantai 10
Jakarta Selatan. Jend (Purn) Tyasno
didampingi Sekjen DHN 45 Brigjen TNI (Purn) Abdul Salam Mustam dan pengurus
harian, diterima Ketua Umum YJDB, Letjen TNI (Purn) Moetojib, Ketua Dewan Pembina YJDB Jend TNI (Purn)
Soerjadi Seodirdja, Ketua I YJDB, Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri serta
pengurus lainnya.
Mantan
kSAD ini melanjutkan, jika Pancasila dan UUD 1945 diberlakukan secara
konsisten, kelompok yang pro kepentingan asing dan asing sendiri yang ingin
mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia menjadi gelisah. Sebab, dalam pasal 33
UUD 1945 ditegaskan bahwa bumi, air dan kekayaan alam dikuasai negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
“Sekarang ini sedang terjadi peperangan
persepsi, antara yang menjunjung tinggi Kemerdekaan dengan kelompok yang ingin
menguasai dunia dengan menguasai ekonomi dan energi,” tegas Jenderal lulusan
Akmil tahun 1970.
Dikatakannya, para
intelektual dan kaum terpelajar dinilai semakin terpisah dengan penderitaan
rakyat. Kecerdasan mereka tidak digunakan untuk membela kaum lemah dan
tertindas, tetapi untuk membela kepentingan asing. “Apa yang dianggap baik
rupanya yang pro kepentingan asing,” cetusnya.
Hegemoni asing ini
juga tercermin dari kekayaan bangsa yang dikuasai asing di mana 75 persen hasil
investasi asing dibawa ke luar negeri. Tyasno mengaku tidak anti-kepentingan
asing, selama hubungan yang dibangun tidak eksploitatif dan saling
menguntungkan. Ia juga mengaku tidak anti-perubahan selama perubahan itu tidak
menghilangkan jatidiri dan kepribadian bangsa. “Meski kami keras menyerukan
kembali ke UUD 1945, bukan berarti kami anti-perubahan. Namun perubahan itu
jangan sampai menghilangkan jatidiri dan kepribadian bangsa,” tandasnya.
Untuk menangkal semua
hal yang menyebabkan situasi dan kondisi negara kita seperti saat ini, maka
bangsa Indonesia harus kembali ke jatidiri dan budayanya sendiri.
Sementara itu, Letjen
TNI (Purn) Moetojib menyambut baik kunjungan dan ajakan DHN 45 untuk bersinergi
dalam upaya pembudayaan Pancasila, karena yayasan yang dipimpinnya sama-sama
memperjuangan jatidiri bangsa yaitu Pancasila dan UUD 1945.
Moetojib yang mantan Kepala BAKIN (sekarang BIN), menjelaskan Yayasan
Jati Diri Bangsa
adalah suatu kumpulan anggota masyarakat independen, lintas suku, agama, ras,
etnik, budaya dan kepentingan golongan, yang peduli atas situasi dan kondisi
bangsa yang memprihatinkan dan menyadari, bahwa akar permasalahan bangsa
Indonesia sebenarnya bersumber pada sikap dan perilaku kita sendiri sebagai
anak bangsa.
“Bangsa Indonesia
saat ini sedang mengalami ‘keprihatinan’ yang berkelanjutan, diawali oleh
adanya krisis multidimensi di tambah dengan adanya bencana nasional. memang
dalam masalah krisis multidimensi ada pengaruh dari faktor eksternal, tetapi
sebab utama terletak pada diri kita sendiri, "manusia Indonesia".
Menampilkan orang yang memiliki kepandaian, tetapi buta mata hatinya yang
menyebabkan tidak bisa melihat kebenaran, sebagaimana ditunjukkan oleh
penampilan cukup banyak orang-orang Indonesia,” jelasnya.
Orang-orang Indonesia
saat ini condong menampilkan hal-hal yang bersifat semu dan tidak tulus serta
tidak sungguh-sungguh (dapat disamakan dengan menggunakan kedok/Topeng), ini
menunjukkan bahwa "Jati Diri" Bangsa Indonesia dapat dikatakan sedang
redup, pudar, bahkan "hilang". Inti permasalahan dari kesemua itu
adalah tidak adanya keteladanan, pungkasnya.
Kedua organisasi
akhirnya sepakat untuk bersinergi dalam mensosialisasikan jati diri bangsa, berupa Pancasila sebagai dasar Negara dan UUD
1945 sebagai konstitusi Negara Indonesia, disegala kehidupan masyarkat. (Mad’s)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar